Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Kamis, 08 Oktober 2015



HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT MILLIARIS PADA BAYI USIA 0-1 TAHUN DI BPM SUCIATI DESA BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut organisasi kesehatan dunia (Word Health Organization) melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita milliaris di seluruh dunia, diantaranya 65% menjadi pada bayi. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kelembapan yang tinggi, yaitu sekitar 30 % orang yang tinggal di lingkungan dengan kelembapan tinggi mengalami milliaris. Sebanyak 49,6% penduduk indonesia beresiko terkena milliaris. Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap. Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi miilliaris khususnya pada bayi berusia < 6 bulan. Karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya milliaris. Bayi baru lahir akan di bedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar 34,14% bayi di indonesia terkena milliaris akibat pembedongan. Pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadaan inilah yang sering menyebabkan milliaris (Pasaribu, 2007).
Pori-pori sejati pada bayi berfungsi sebagai sisitem kerja kalenjar keringat dimana pada bayi yang fungsinya belum sempurna, sehingga bila bayi kepanasan akan menimbulkan biang keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit, kemudian akan muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa gatal, terutama di daerah paha dan bagian tubuh yang tertutup. Bayi yang mengalami biang keringat menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua biasanya mengeluh karena pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak nyenyak dan lainya (siregar, 2002 hal 4). Milliaris merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi. Milliaris sering timbul di daerah dahi, leher, dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga di kepala. Gejala utama adalah gatal dapat disertai kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil. Penyakit ini biasa kambuh berulang terutama bila udara panas dan berkeringat sehingga menimbulkan masalah pada bayi, balita maupun orang tua (Sudarti, 2012 hal 315).
Kasus milliaris terjadi pada 40-50 % bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama akan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian. Kadang-kadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya (Sudarti, 2010 hal 75-76). Milliaris menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Perawatan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian cream hidroskartison 1% dapat mengatasinya. Hampir 70 % milliaris dapat diatasi bila pergerakan udara dalam ruangan lancar sehingga kamar terasa sejuk. Diusahakan kamar bayi diberi jendela lebar sehingga pertukaran udara dari luar kedalam ruangan lancar (Natahusada, 2009 dalam sarwo endah hal 3).
Asuhan yang di berikan pada neonatus, bayi dan balita pada milliaris tergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum di  berikan adalah dengan mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul, memelihara kebersihan tubuh bayi, upayakan kelembapan suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk dan kering, gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit dan gunakan pakaian yang menyerap keringat, segera ganti pakaian yang basah dan kotor, pada milliaris rubra di berikan menthol 0,5 – 2% yang bersifat mendinginkan ruam (sudarti, 2010 hal 76-77).

Desa Bringin merupakan desa yang mempunyai cuaca panas, karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya milliaris dan masih terdapat beberapa perumahan penduduk yang tidak mempunyai ventilasi udara di dalam rumahnya , misal pada rumah kayu yang ruangan kamarnya tidak mempunyai jendela sehingga ruanganya menjadi pengap karena pertukaran udara dari luar kamar yang kurang lancar sehingga saluran kalenjar keringat tersumbat dan mengakibatkan milliaris. Berdasarkan data yang di peroleh pada bulan oktober terdapat 42 ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Ny. Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang.  Berdasarkan studi pendahuluan yang di peroleh dari 10 (100%) ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di temukan 7 (70%) bayi yang menderita milliaris, 6 (85,7%) bayi umur 2 minggu 1, 1 bulan 1, 2 bulan 2, 8 bulan 1, 11 bulan 1 diantaranya menderita milliaris di bagian dahi, telinga dan lipatan paha yang timbul bintil-bintil merah kecil berair akan tetapi tidak sampai berbau, di karenakan pada saat bayi setelah mandi dan BAK bayi langsung di kasih talk tanpa di keringkan terlebih dahulu dan  terdapat 1 (14,2%) bayi umur 2 minggu yang menderita milliaris sampai terjadi infeksi dan mengeluarkan air yang berbau dibagian telinga dan dahi, dikarenakan penggunaan talk yang di berikan kepada bayi saat badan berkeringat dan kamar bayi tidak ada jendelanya jadi lembab. Hal ini di sebabkan para ibu primipara yang mempunyai pengetahuan rendah tidak mengetahui tentang perilaku pencegahan milliaris seperti personal hygien nya memandikan bayi, cara menjaga bayi agar tetap kering, dan pemilihan jenis pakaian. Asuhan yang diberikan ibu untuk mengatasi milliaris pada bayinya biasanya ibu memberikan bedak tabur/talk pada area badan bayi yang mengalami milliaris, sedangkan untuk pemberian talk padi bayi yang mengalami milliaris dapat memperparah sumbatan kalenjer keringat. Sedangkan terdapat 3 (30%) bayi umur 6 bln 1, 3 bln 2  tidak menderita milliaris, hal ini di sebabkan karena ibu primipara yang mempunyai pengetahuan baik tentang perilaku melakukan pencegahan terhadap milliaris seperti memandikan bayinya teratur 2x sehari, memakaikan baju bayi yang tebuat dari kain katun, dan segera mengganti baju bayi apabila bayi berkeringat sehingga akan menghindarkan bayi terkena milliaris. Dari hasil studi pendahuluan maka didapatkan mayoritas ibu pengetahuanya rendah sehingga bayi banyak yang mengalami milliaris, hal ini bisa dilihat dari pendidikan ibu yang mayoritas berpendidikan rendah seperti SMP sebanyak 5 orang, SD 3 orang, SMA 2 orang dan dilihat dari pekerjaan ibu sebanyak 6 orang sebagai IRT dan 4 orang SWASTA. Apabila milliaris dibiarkan saja maka dapat menyebabkan Impetigo tropocalis adalah suatu infeksi akibat dari milliaris. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan berkembang menjadi benjolan, jika sudah matang  benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropocalis ini terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas penulis berkeinginan melakukan penelitian di Desa bringin kabupaten semarang mengenai “ Hubungan pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di BPM Ny Suciati bringin kabupaten semarang ‘’

TUJUAN

1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu primipara dengan  perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun.
2.      Tujuan khusus
a.       Mengetahui karakteristik ibu primipara tentang perilaku pencegahan milliaris meliputi pendidikan, pekerjaan, umur ibu dan umur bayi.
b.      Mengetahui gambaran pengetahuan ibu primipara terhadap  penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, penatalaksanaan, efek samping.
c.       Mengetahui gambaran perilaku pencegahan terhadap penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun.
d.      Menganalisa hubungan antara pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan terhadap penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun.

MANFAAT PENELITIAN

1.      Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah informasi dan mengetahui hubungan pengetahuan ibu primipara tentang bagaimana cara melakukan pencegahan pada penyakit milliaris pada bayinya.
2.      Bagi bidan
Sebagai bahan referensi di BPM dalam memberikan pelayanan kesehatan khusunya mengenai tentang cara pencegahan milliaris yang benar.
3.      Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang di dapat di bangku kuliah khususnya dalam melakukan penelitian.





METODE PENELITIAN

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu : Variabel bebas disini adalah pengetahuan ibu primipara tentang milliaris dan variabel terikat disini adalah perilaku pencegahan penyakit milliaris.
Penelitian dilakukan di BPM Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-28 Mei 2015.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian deskriptif korelasi, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel terikat yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya. (Taufiqurrohman, 2004 hal 68). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun pada Bulan Mei di BPM Ny Suciati sejumlah 46 responden.
Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik total sampling. Maka peneliti mengambil sampel yaitu seluruh ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 46 responden.
Uji validitas dilaksanakan di BPM Ny Marsuni Desa Pakis kabupaten semarang pada  tanggal 10 April 2015 dengan hasil dari 15 pernyataan pengetahuan valid dan 15 pertanyaan perilaku terdapat 2 soal yang tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada soal nomor 3 dengan r hitung (,058) dan soal 14 dengan r hitung (,316), pada soal yang tidak valid maka tidak digunakan dalam penelitian karena sudah terdapat item soal yang mewakili. Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai product moment instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel dimana untuk n=21 pada taraf 5% dari r tabelnya adalah 0,4333 (Arikunto, 2002).



HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1.    Karakteristik Responden
a.      Pendidikan
Tabel 4.1     Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
Pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
Perguruan Tinggi
           2
       4,4
Menengah
           16
       34,8
Dasar
           28
       60,8
   Jumlah
       46
      100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin sebagian besar berpendidikan Dasar sejumlah 28 orang (60,8%), sedangkan berpendidikan Menengah sejumlah 16 orang (34,8%) dan Perguruan Tinggi 2 orang (4,4%).
b.      Pekerjaan
Tabel 4.2     Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Pekerjaan
Frekuensi
Presentase (%)
IRT
     33
71,7
SWASTA
     12
26,1
PNS
      1
2,2
Jumlah
     46
100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin sebagian besar bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sejumlah 33 orang (71,7%) sedangkan Swasta sejumlah 12 orang (26,1%) dan Pegawai Negri Sipil sejumlah 1 orang (2,2%).
c.       Umur Ibu
Tabel 4.3     Distribusi Responden Berdasarkan Umur ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.


Umur ibu
Frekuensi
Presentase (%)
≤ 20 tahun
7
15.2
21 - 31 tahun
       31
67,4
32 - 40 tahun
8
17,4
Jumlah
       46
      100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati di Desa Bringin sebagian besar ibu berumur 21-31 tahun yaitu sebanyak  31 orang (67,4%) , sedangkan yang berumur 32-40 tahun sebanyak 8 orang (17,4%)  dan yang berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 7 orang (15.2%).
d.    Umur Bayi
Tabel 4.4          Distribusi Responden Berdasarkan Umur bayi  di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Umur bayi
Frekuensi
Presentase (%)
≤ 6 bulan
      29
63,0
> 6 bulan
      17
37,0
Jumlah
      46
        100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar umur bayi ≤ 6 bulan yaitu sebanyak  29 bayi (63,0%) , sedangkan bayi yang berumur > 6 bulan sebanyak 17 bayi (37,0%).

2.    Analisis Univariat
a.    Pengetahuan ibu primipara tentang penyakit milliaris
Tabel 4.5           Distribusi Responden Berdasarkan  Pengetahuan ibu primipara tentang penyakit milliaris di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

No
Pengetahuan
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Baik
     16
       34,8
2.
Kurang
     30
       65,2

Jumlah
     46
     100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar mempunyai pengetahuan kategori kurang yaitu sejumlah 30 orang (65,2%), sedangkan ibu primipara yang berpengetahuan baik sejumlah 16 orang (34,8%).

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berpengetahuan kurang hal ini bisa dilihat dari jawaban kuisioner pada no 9 sebanyak 36 orang (78,3%) tentang penyebab terjadinya milliaris yaitu karena ventilasi ruangan yang kurang baik sehingga ruangan panas dan lembab. Kuisoner no 11 sebanyak 41 orang (89,1%) tentang bagaimana cara ibu membersihkan milliaris, apakah dengan memberikan bedak pada daerah yang terkena milliaris dan pada kuisioner no 12 sebanyak 30 orang (65,2%) tentang menghindari terjadinya milliaris maka dengan menghindari pakaian yang menyerap keringat seperti kain katun, sedangkan pada kuisioner no 14 sebanyak 28 orang (60,9%) tentang milliaris dapat menyebabkan infeksi pada kulit sehingga menjadi melepuh karena panas dan kuisioner no 15 sebanyak 28 orang (60,9%) tentang bayi yang terkena keringat buntet  (milliaris) dibagian kepala dan dibiarkan saja tanpa diobati maka dapat menyebabkan infeksi.

b.   Perilaku pencegahan
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
No
Perilaku
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Baik
      20
        43,5
2.
Buruk
      26
        56,5

Jumlah
46
       100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar mempunyai perilaku kategori buruk yaitu sejumlah 26 orang (56,5%), sedangkan ibu primipara yang berperilaku baik sejumlah 20 orang (43,5%).

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berperilaku buruk dalam pencegahan penyakit milliaris hal ini bisa dilihat dari pertanyaan no 2 sebanyak 31 orang (67,4%) tentang apakah ibu memandikan bayi dengan menggunakan sabun antiseptik seperti dettol, pertanyaan no 3 sebanyak 28 orang (60,9%) tentang Apakah setelah mandi ibu memberikan talk pada seluruh tubuh bayi terutama semua lipatan kulit seperti belakang telinga, ketiak, lipatan paha, pada pertanyaan no 12 sebanyak 30 orang (65,2%) tentang apakah ibu menempatkan bayinya diruangan yang sejuk dan kering seperti ada kipas angin dan pertanyaan no 13 sebanyak 31 orang (67,4%) tentang apakah ibu membuka pintu ruangan saat bayi tidur siang.



3.   Analisis Bivariat

Tabel 4.9   Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Milliaris pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Bpm Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang.



Perilaku


Pengetahuan
    Baik
   Buruk
   Total
p-value

f
%
F
%
f
%

Baik
12
75,0
4
25,0
16
100,0
0,002
Kurang
8
47,1
22
73,3
30
100,0

Total
20
43,5
26
56,5
46
100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%), sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 4 orang (25,0%), sedangkan ibu prirmipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik sebanyak 12 orang (75,0%), dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku baik sebanyak 8 orang (47,1%). Hal  ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk.




PEMBAHASAN

1.   Karakteristik responden
a.   Pendidikan
Pada penelitian ini pendidikan ibu sebagian besar berpendidikan Dasar yaitu sejumlah 28 orang (60,8%). Sebagian ibu mempunyai pengetahuan kurang, hal ini bisa dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang sebagian berpendidikan Dasar sehingga ibu masih kurang menerima informasi sehingga mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penyakit milliaris.
b.      Pekerjaan
Pada penelitian ini sebagian besar ibu bekerja sebagai IRT sebanyak 33 orang (71,7%), pekerjaan juga sangat berpengaruh pada pengetahuan ibu. Jika dilihat dari sisi pekerjaan dikatakan bahwa manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk berkembang dan berubah. Orang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih baik dan berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman (Eko 2007). Meskipun pekerjaan ibu sebagai IRT yang pada umumnya mempunyai banyak waktu akan tetapi pengetahuan ibu tergolong kurang. Semua ini bisa disebabkan karena ibu IRT yang jika berkumpul dengan tetangga lebih suka membicarakan hal lain seperti bergosip ketimbang membicarakan masalah penyakit milliaris karena biasanya ibu hanya beranggapan bahwa milliaris akan sembuh dengan sendirinya tanpa mengetahui efek samping dari milliaris jika dibiarkan saja.
c.       Umur Ibu
Pada penelitian ini usia ibu mayoritas berumur 21-31 tahun yaitu sebanyak  31 orang (67,4%), usia ibu termasuk dalam kategori dewasa dini tetapi ibu masih kekurangan informasi hal ini bisa dilihat dari pengalaman ibu juga karena ibu primipara yang sering membutuhkan lebih banyak informasi mengenai penyakit milliaris.
d.      Umur Bayi
Pada penelitian ini umur bayi sebagian besar berumur ≤ 6 bulan yaitu sebanyak  29 bayi (63,0%), kulit bayi yang masih sangat sensitif dan masih dalam tahap perkembangan. Menurut ayu maharani (2015 hal 114) kulit anak-anak masih dalam tahap perkembangan.

2.   Analisa Univariat
a.    Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.5 Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu primipara tentang penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang dengan tingkat pengetahuan dalam kategori kurang  yaitu 30 responden (65,2%), dan responden yang mempunyai pengetahuan penyakit milliaris baik sebanyak 16 responden (34,8%).
Hasil penelitian ini sebagian ibu mempunyai pengetahuan kurang 30 responden (65,2%) hal ini  bisa dilihat dari jawaban responden yang banyak menjawab salah yaitu pada kuisioner no 9 sebanyak (78,3%) ibu tidak mengetahui mengenai penyebab terjadinya milliaris yaitu karena ventilasi ruangan yang kurang baik sehingga ruangan panas dan lembab. Sedangkan menurut teori salah satu penyebab terjadinya milliaris antara lain ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab (Pasaribu, 2007). Sedangkan analisis pada Kuesioner no 11 sebanyak (89,1%) ibu membersihkan milliaris dengan memberikan bedak pada daerah yang terkena milliaris hal ini sejalan dengan teori menurut Sitiatava yaitu Pada kuesioner no 12 sebanyak (65,2%) ibu menghindari terjadinya milliaris dengan menghindari pakaian yang menyerap keringat seperti kain katun hal ini tidak sesuai dengan teori pencegahan terjadinya milliaris yaitu bayi dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit (Sitiativa, 2012 hal 320). Sedangkan pada kuesioner no 15 sebanyak (60,9%) ibu tidak mengetahui bahwa bayi yang terkena milliaris dibagian kepala jika dibiarkan saja tanpa diobati maka dapat menyebabkan infeksi yang serius hal ini sesuai dengan teori yaitu Multiple sweat gland abses, yakni infeksi dibagian kepala anak karena milliaris yang dibiarkan. Dilihat dari jawaban ibu yang masih banyak menjawab salah hal ini bisa disebabkan pendidikan responden yang rendah yaitu mayoritas berpendidikan Dasar sebanyak 28 responden (60,8%) sehingga ibu masih kurang menerima informasi dari pada yang berpendidikan tinggi karena semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. Hal ini juga bisa dilihat dari pengalaman ibu primipara yang masih sedikit karena baru mempunyai anak pertama sehingga ibu primipara lebih kurang informasi mengenai penyakit milliaris.
b.    Perilaku
Berdasarkan tabel 4.7 Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden berperilaku melakukan pencegahan buruk sebanyak 26 responden (56,5%) dan responden yang berperilaku melakukan pencegahan baik sebanyak 20 responden (43,5%).
Hasil penelitian yang diperoleh dari perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun mayoritas dalam kategori buruk yaitu sebesar 26 responden (56,5%) hal ini berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berperilaku buruk dalam melakukan pencegahan penyakit milliaris hal ini bisa dilihat dari pertanyaan no 2 sebanyak (67,4%) ibu tidak memandikan bayinya dengan menggunakan sabun antiseptik seperti dettol sedangkan  Menurut teori gunakan sabun kesehatan yang aman untuk bayi, gosok kulitnya secara merata setiap kali mandi, pastikan tubuhnya dalam keadaan kering ketika berpakaian kembali (Maharani, 2015 hal 115).  pertanyaan no 3 sebanyak (60,9%) ibu memberikan talk setelah bayi mandi pada seluruh tubuh bayi terutama semua lipatan kulit seperti belakang telinga, ketiak dan lipatan paha hal ini tidak sesuai dengan teori yang mana menurut teori bila bayi membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kalenjer (Sitiativa 2012 hal 320). Pada pertanyaan no 12 sebanyak (65,2%) ibu tidak menempatkan bayinya diruangan yang sejuk dan kering seperti ada kipas angin namun  menurut teori prinsip asuhanya adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan pasien ke ruangan dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa sejuk dengan kering, menggunakan kipas angin atau air conditioning. Selain itu, juga memberikan kesempatan bagi hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan sendirinya (Menurut Sitiativa 2012 hal 321-322). Selanjutnya pada pertanyaan no 13 sebanyak 31 orang (67,4%) ibu tidak membuka pintu ruangan saat bayi tidur siang sehingga ruangan terasa pengap dan sirkulasi udara yang masuk kedalam ruangan kurang sedangkan menurut teori ventilasi ruangan yang kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab dapat menyebabkan milliaris. Untuk mencegah terjadinya milliaris Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur, jangan sekali-sekali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri, dan sebaiknya ibu memandikan bayi menggunakan dettol karena sabun tersebut dapat menghindarkan bayi dari bakteri yang masuk ke dalam pori-pori kulit.  Dan untuk ibu primipara yang mempunyai pengetahuan baik lebih Sedikit yaitu sebesar 20 orang (43,5%) hal ini terkait dengan jawaban ibu yang menjawab ya. Pada pernyataan ibu memandikan bayi 2x sehari, ibu segera mengganti pakaian bayi yang basah dan kotor dan ibu tidak langsung memberikan talk setiap kali bayi habis BAK/BAB pada pantat bayi, hal ini merupakan perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi.

3.    Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%), sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 4 orang (25,0%), sedangkan ibu prirmipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik sebanyak 12 orang (75,0%), dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku baik sebanyak 8 orang (47,1%). Hal  ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk.
Hasil penelitian berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p-value Chi-Square sebesar 0,002. Oleh karena itu p-value=0,002 < nilai p tabel = 0,05 maka Ho ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang dengan hasil penelitian pengetahuan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%), sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 4 orang (25,0%), sedangkan ibu prirmipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik sebanyak 12 orang (75,0%), dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku baik sebanyak 8 orang (47,1%). Hal  ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Ny Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Pengetahuan ibu tentang penyakit Milliaris sebagian besar adalah dalam kategori kurang yaitu sebanyak 30 responden (65,2%) dan pengetahuan ibu primipara tentang penyakit Milliaris  baik sebanyak 16 (34,8%).
2.    Perilaku pencegahan penyakit Milliaris sebagian besar adalah berperilaku dalam pencegahan penyakit Milliaris kategori buruk yaitu sebanyak 26 responden (56,5%) dan berperilaku dalam pencegahan penyakit Milliaris kategori baik sebanyak 20 (43,5%).
3.    Hasil penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan penyakit Milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Ny Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang dengan p-value 0,002 < α (0,05).





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar