HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN PENYAKIT MILLIARIS PADA
BAYI USIA 0-1 TAHUN DI BPM SUCIATI DESA BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Latar Belakang
Menurut
organisasi kesehatan dunia (Word Health Organization) melaporkan tiap tahun
terdapat 80% penderita milliaris di seluruh dunia, diantaranya 65% menjadi pada
bayi. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kelembapan yang tinggi, yaitu
sekitar 30 % orang yang tinggal di lingkungan dengan kelembapan tinggi
mengalami milliaris. Sebanyak 49,6% penduduk indonesia beresiko terkena
milliaris. Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar
yang panas dan pengap. Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering
terjadi miilliaris khususnya pada bayi berusia < 6 bulan. Karena cuaca yang
panas sangat berpengaruh untuk terjadinya milliaris. Bayi baru lahir akan di
bedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar
34,14% bayi di indonesia terkena milliaris akibat pembedongan. Pembedongan pada
bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca panas dapat menyebabkan biang
keringat. Keadaan inilah yang sering menyebabkan milliaris (Pasaribu, 2007).
Pori-pori sejati
pada bayi berfungsi sebagai sisitem kerja kalenjar keringat dimana pada bayi
yang fungsinya belum sempurna, sehingga bila bayi kepanasan akan menimbulkan
biang keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit, kemudian
akan muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa gatal, terutama di
daerah paha dan bagian tubuh yang tertutup. Bayi yang mengalami biang keringat
menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua biasanya mengeluh karena pola
tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak nyenyak dan lainya (siregar,
2002 hal 4). Milliaris merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi.
Milliaris sering timbul di daerah dahi, leher, dan bagian tubuh yang tertutup
pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan dapat juga di kepala. Gejala utama adalah gatal dapat disertai
kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil. Penyakit ini biasa kambuh
berulang terutama bila udara panas dan berkeringat sehingga menimbulkan masalah
pada bayi, balita maupun orang tua (Sudarti, 2012 hal 315).
Kasus milliaris terjadi pada 40-50 % bayi baru
lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama akan menghilang dengan sendirinya 3-4
minggu kemudian. Kadang-kadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat
menyebar ke daerah sekitarnya (Sudarti, 2010 hal 75-76). Milliaris menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan.
Perawatan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu
lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian
yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian cream hidroskartison 1% dapat
mengatasinya. Hampir 70 % milliaris
dapat diatasi bila pergerakan udara dalam ruangan lancar sehingga kamar terasa
sejuk. Diusahakan kamar bayi diberi jendela lebar sehingga pertukaran udara
dari luar kedalam ruangan lancar (Natahusada, 2009 dalam sarwo endah hal 3).
Asuhan yang di
berikan pada neonatus, bayi dan balita pada milliaris
tergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum
di berikan adalah dengan mengurangi
penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul, memelihara
kebersihan tubuh bayi, upayakan kelembapan suhu yang cukup dan suhu lingkungan
yang sejuk dan kering, gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit dan gunakan
pakaian yang menyerap keringat, segera ganti pakaian yang basah dan kotor, pada
milliaris rubra di berikan menthol
0,5 – 2% yang bersifat mendinginkan ruam (sudarti, 2010 hal 76-77).
Desa Bringin
merupakan desa yang mempunyai cuaca panas, karena cuaca yang panas sangat
berpengaruh untuk terjadinya milliaris dan masih terdapat beberapa perumahan
penduduk yang tidak mempunyai ventilasi udara di dalam rumahnya , misal pada
rumah kayu yang ruangan kamarnya tidak mempunyai jendela sehingga ruanganya menjadi
pengap karena pertukaran udara dari luar kamar
yang kurang lancar sehingga saluran kalenjar keringat tersumbat dan
mengakibatkan milliaris. Berdasarkan
data yang di peroleh pada bulan oktober terdapat 42 ibu primipara yang
mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Ny. Suciati Desa Bringin Kabupaten
Semarang. Berdasarkan studi pendahuluan
yang di peroleh dari 10 (100%) ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1 tahun
di temukan 7 (70%) bayi yang menderita milliaris,
6 (85,7%) bayi umur 2 minggu 1, 1 bulan 1, 2 bulan 2, 8 bulan 1, 11 bulan 1
diantaranya menderita milliaris di
bagian dahi, telinga dan lipatan paha yang timbul bintil-bintil merah kecil
berair akan tetapi tidak sampai berbau, di karenakan pada saat bayi setelah
mandi dan BAK bayi langsung di kasih talk tanpa di keringkan terlebih dahulu
dan terdapat 1 (14,2%) bayi umur 2
minggu yang menderita milliaris
sampai terjadi infeksi dan mengeluarkan air yang berbau dibagian telinga dan
dahi, dikarenakan penggunaan talk yang di berikan kepada bayi saat badan
berkeringat dan kamar bayi tidak ada jendelanya jadi lembab. Hal ini di
sebabkan para ibu primipara yang mempunyai pengetahuan rendah tidak mengetahui
tentang perilaku pencegahan milliaris
seperti personal hygien nya memandikan bayi, cara menjaga bayi agar tetap
kering, dan pemilihan jenis pakaian. Asuhan yang diberikan ibu untuk mengatasi milliaris pada bayinya biasanya ibu
memberikan bedak tabur/talk pada area badan bayi yang mengalami milliaris, sedangkan untuk pemberian
talk padi bayi yang mengalami milliaris
dapat memperparah sumbatan kalenjer keringat. Sedangkan terdapat 3 (30%) bayi
umur 6 bln 1, 3 bln 2 tidak menderita milliaris, hal ini di sebabkan karena
ibu primipara yang mempunyai pengetahuan baik tentang perilaku melakukan
pencegahan terhadap milliaris seperti
memandikan bayinya teratur 2x sehari, memakaikan baju bayi yang tebuat dari
kain katun, dan segera mengganti baju bayi apabila bayi berkeringat sehingga
akan menghindarkan bayi terkena milliaris.
Dari hasil studi pendahuluan maka didapatkan mayoritas ibu pengetahuanya rendah
sehingga bayi banyak yang mengalami milliaris,
hal ini bisa dilihat dari pendidikan ibu yang mayoritas berpendidikan rendah
seperti SMP sebanyak 5 orang, SD 3 orang, SMA 2 orang dan dilihat dari
pekerjaan ibu sebanyak 6 orang sebagai IRT dan 4 orang SWASTA. Apabila milliaris dibiarkan saja maka dapat
menyebabkan Impetigo tropocalis adalah suatu infeksi akibat dari milliaris. Penyakit ini mengakibatkan
kulit seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan
berkembang menjadi benjolan, jika sudah matang
benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan
menular jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropocalis ini terutama
terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.
Berdasarkan
fenomena-fenomena di atas penulis berkeinginan melakukan penelitian di Desa
bringin kabupaten semarang mengenai “ Hubungan pengetahuan ibu primipara dengan
perilaku pencegahan penyakit milliaris pada
bayi usia 0-1 tahun di BPM Ny Suciati bringin kabupaten semarang ‘’
TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu primipara dengan
perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun.
2.
Tujuan
khusus
a.
Mengetahui
karakteristik ibu primipara tentang perilaku pencegahan milliaris meliputi pendidikan, pekerjaan, umur ibu dan
umur bayi.
b.
Mengetahui
gambaran pengetahuan ibu primipara terhadap
penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun meliputi pengertian,
penyebab, gejala klinis, pencegahan, penatalaksanaan, efek samping.
c.
Mengetahui
gambaran perilaku pencegahan terhadap penyakit milliaris pada bayi usia 0-1
tahun.
d.
Menganalisa
hubungan antara pengetahuan ibu primipara dengan perilaku pencegahan terhadap
penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi
masyarakat
Sebagai bahan
masukan untuk menambah informasi dan mengetahui hubungan pengetahuan ibu
primipara tentang bagaimana cara melakukan pencegahan pada penyakit milliaris
pada bayinya.
2.
Bagi
bidan
Sebagai bahan
referensi di BPM dalam memberikan pelayanan kesehatan khusunya mengenai tentang
cara pencegahan milliaris yang benar.
3.
Bagi
peneliti
Dapat
mengaplikasikan ilmu dan teori yang di dapat di bangku kuliah khususnya dalam
melakukan penelitian.
METODE
PENELITIAN
Variabel adalah
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu,
variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu : Variabel bebas disini adalah
pengetahuan ibu primipara tentang milliaris dan variabel terikat disini adalah
perilaku pencegahan penyakit milliaris.
Penelitian
dilakukan di BPM Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian ini
dilakukan pada tanggal 7-28 Mei 2015.
Penelitian ini
termasuk jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian
deskriptif korelasi, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel
bebas (faktor resiko) dengan variabel terikat yang analisisnya untuk menentukan
ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya.
(Taufiqurrohman, 2004 hal 68).
Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu primipara yang mempunyai bayi usia 0-1
tahun pada Bulan Mei di BPM Ny Suciati sejumlah 46 responden.
Teknik
pengambilan sampel mengunakan teknik total
sampling. Maka peneliti mengambil sampel yaitu seluruh ibu primipara yang
mempunyai bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang
yaitu sebanyak 46 responden.
Uji validitas
dilaksanakan di BPM Ny Marsuni Desa Pakis kabupaten semarang pada tanggal 10 April 2015 dengan hasil dari 15
pernyataan pengetahuan valid dan 15 pertanyaan perilaku terdapat 2 soal yang
tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada soal nomor 3 dengan r
hitung (,058) dan soal 14 dengan r hitung (,316), pada soal yang tidak valid
maka tidak digunakan dalam penelitian karena sudah terdapat item soal yang
mewakili. Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai
product moment instrumen dikatakan
valid apabila nilai r hitung > r tabel dimana untuk n=21 pada taraf 5% dari
r tabelnya adalah 0,4333 (Arikunto, 2002).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.
Karakteristik
Responden
a.
Pendidikan
Tabel
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Perguruan Tinggi
|
2
|
4,4
|
Menengah
|
16
|
34,8
|
Dasar
|
28
|
60,8
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin sebagian besar berpendidikan
Dasar sejumlah 28 orang (60,8%), sedangkan berpendidikan Menengah sejumlah 16
orang (34,8%) dan Perguruan Tinggi 2 orang (4,4%).
b.
Pekerjaan
Tabel
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang.
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
IRT
|
33
|
71,7
|
SWASTA
|
12
|
26,1
|
PNS
|
1
|
2,2
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin sebagian besar bekerja sebagai
Ibu Rumah Tangga sejumlah 33 orang (71,7%) sedangkan Swasta sejumlah 12 orang
(26,1%) dan Pegawai Negri Sipil sejumlah 1 orang (2,2%).
c.
Umur Ibu
Tabel
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan
Umur ibu primipara di BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang.
Umur
ibu
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
≤ 20 tahun
|
7
|
15.2
|
21 - 31 tahun
|
31
|
67,4
|
32 - 40 tahun
|
8
|
17,4
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati di Desa Bringin sebagian besar ibu berumur
21-31 tahun yaitu sebanyak 31 orang
(67,4%) , sedangkan yang berumur 32-40 tahun sebanyak 8 orang (17,4%) dan yang berumur < 20 tahun yaitu sebanyak
7 orang (15.2%).
d.
Umur
Bayi
Tabel
4.4 Distribusi Responden
Berdasarkan Umur bayi di BPM Suciati
Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Umur
bayi
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
≤ 6 bulan
|
29
|
63,0
|
> 6 bulan
|
17
|
37,0
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar umur bayi ≤ 6
bulan yaitu sebanyak 29 bayi (63,0%) ,
sedangkan bayi yang berumur > 6 bulan sebanyak 17 bayi (37,0%).
2.
Analisis
Univariat
a.
Pengetahuan
ibu primipara tentang penyakit milliaris
Tabel 4.5 Distribusi
Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu
primipara tentang penyakit milliaris di
BPM Suciati Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
No
|
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
1.
|
Baik
|
16
|
34,8
|
2.
|
Kurang
|
30
|
65,2
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar mempunyai
pengetahuan kategori kurang yaitu sejumlah 30 orang (65,2%), sedangkan ibu
primipara yang berpengetahuan baik sejumlah 16 orang (34,8%).
Berdasarkan
tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berpengetahuan
kurang hal ini bisa dilihat dari jawaban kuisioner pada no 9 sebanyak 36 orang
(78,3%) tentang penyebab terjadinya milliaris
yaitu karena ventilasi ruangan yang kurang baik sehingga ruangan panas dan
lembab. Kuisoner no 11 sebanyak 41 orang (89,1%) tentang bagaimana cara ibu
membersihkan milliaris, apakah dengan
memberikan bedak pada daerah yang terkena milliaris
dan pada kuisioner no 12 sebanyak 30 orang (65,2%) tentang menghindari
terjadinya milliaris maka dengan
menghindari pakaian yang menyerap keringat seperti kain katun, sedangkan pada
kuisioner no 14 sebanyak 28 orang (60,9%) tentang milliaris dapat menyebabkan infeksi pada kulit sehingga menjadi
melepuh karena panas dan kuisioner no 15 sebanyak 28 orang (60,9%) tentang bayi
yang terkena keringat buntet (milliaris) dibagian kepala dan dibiarkan
saja tanpa diobati maka dapat menyebabkan infeksi.
b.
Perilaku
pencegahan
Tabel 4.7 Distribusi
Responden Berdasarkan Perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di BPM Suciati Desa Bringin
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
No
|
Perilaku
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
1.
|
Baik
|
20
|
43,5
|
2.
|
Buruk
|
26
|
56,5
|
Jumlah
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 46 responden ibu primipara yang mempunyai
bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin sebagian besar mempunyai
perilaku kategori buruk yaitu sejumlah 26 orang (56,5%), sedangkan ibu
primipara yang berperilaku baik sejumlah 20 orang (43,5%).
Berdasarkan
tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berperilaku buruk
dalam pencegahan penyakit milliaris hal
ini bisa dilihat dari pertanyaan no 2 sebanyak 31 orang (67,4%) tentang apakah ibu memandikan bayi dengan menggunakan
sabun antiseptik seperti dettol, pertanyaan no 3 sebanyak 28 orang (60,9%)
tentang Apakah setelah mandi ibu memberikan talk pada seluruh tubuh bayi
terutama semua lipatan kulit seperti belakang telinga, ketiak, lipatan paha,
pada pertanyaan no 12 sebanyak 30 orang (65,2%) tentang apakah ibu menempatkan
bayinya diruangan yang sejuk dan kering seperti ada kipas angin dan pertanyaan
no 13 sebanyak 31 orang (67,4%) tentang apakah ibu membuka pintu ruangan saat
bayi tidur siang.
3. Analisis
Bivariat
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara dengan
Perilaku Pencegahan Penyakit Milliaris
pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Bpm Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang.
Perilaku
|
|||||||
Pengetahuan
|
Baik
|
Buruk
|
Total
|
p-value
|
|||
f
|
%
|
F
|
%
|
f
|
%
|
||
Baik
|
12
|
75,0
|
4
|
25,0
|
16
|
100,0
|
0,002
|
Kurang
|
8
|
47,1
|
22
|
73,3
|
30
|
100,0
|
|
Total
|
20
|
43,5
|
26
|
56,5
|
46
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang
mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%),
sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk
sejumlah 4 orang (25,0%), sedangkan ibu
prirmipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik sebanyak 12
orang (75,0%), dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang
mempunyai perilaku baik sebanyak 8 orang (47,1%). Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase
pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak
dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai
perilaku buruk.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
a.
Pendidikan
Pada penelitian
ini pendidikan ibu sebagian besar berpendidikan Dasar yaitu sejumlah 28 orang
(60,8%). Sebagian ibu mempunyai pengetahuan kurang, hal ini bisa dipengaruhi
oleh pendidikan ibu yang sebagian berpendidikan Dasar sehingga ibu masih kurang
menerima informasi sehingga mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penyakit
milliaris.
b.
Pekerjaan
Pada penelitian
ini sebagian besar ibu bekerja sebagai IRT sebanyak 33 orang (71,7%), pekerjaan
juga sangat berpengaruh pada pengetahuan ibu. Jika dilihat dari sisi pekerjaan
dikatakan bahwa manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk berkembang dan
berubah. Orang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih baik
dan berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai
pengalaman (Eko 2007). Meskipun pekerjaan ibu sebagai IRT yang pada umumnya
mempunyai banyak waktu akan tetapi pengetahuan ibu tergolong kurang. Semua ini
bisa disebabkan karena ibu IRT yang jika berkumpul dengan tetangga lebih suka
membicarakan hal lain seperti bergosip ketimbang membicarakan masalah penyakit
milliaris karena biasanya ibu hanya beranggapan bahwa milliaris akan sembuh
dengan sendirinya tanpa mengetahui efek samping dari milliaris jika dibiarkan
saja.
c.
Umur
Ibu
Pada
penelitian ini usia ibu mayoritas berumur 21-31 tahun yaitu sebanyak 31 orang (67,4%),
usia ibu termasuk dalam kategori dewasa dini tetapi ibu masih kekurangan
informasi hal ini bisa dilihat dari pengalaman ibu juga karena ibu primipara
yang sering membutuhkan lebih banyak informasi mengenai penyakit milliaris.
d. Umur
Bayi
Pada penelitian
ini umur bayi sebagian besar berumur ≤ 6 bulan yaitu sebanyak 29 bayi (63,0%), kulit bayi yang masih sangat
sensitif dan masih dalam tahap perkembangan. Menurut ayu maharani (2015 hal
114) kulit anak-anak masih dalam tahap perkembangan.
2. Analisa Univariat
a. Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.5 Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat pengetahuan ibu primipara tentang penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin
Kabupaten Semarang dengan tingkat pengetahuan dalam kategori kurang yaitu 30 responden (65,2%), dan responden
yang mempunyai pengetahuan penyakit milliaris
baik sebanyak 16 responden (34,8%).
Hasil penelitian ini sebagian ibu mempunyai pengetahuan
kurang 30 responden (65,2%) hal ini bisa
dilihat dari jawaban responden yang banyak menjawab salah yaitu pada kuisioner
no 9 sebanyak (78,3%) ibu tidak mengetahui mengenai penyebab terjadinya milliaris yaitu karena ventilasi ruangan
yang kurang baik sehingga ruangan panas dan lembab. Sedangkan menurut teori
salah satu penyebab terjadinya milliaris
antara lain ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas
atau lembab (Pasaribu, 2007). Sedangkan analisis pada
Kuesioner no 11 sebanyak (89,1%) ibu membersihkan milliaris dengan memberikan bedak pada daerah yang terkena milliaris hal ini sejalan dengan teori
menurut Sitiatava yaitu Pada kuesioner no 12 sebanyak (65,2%) ibu
menghindari terjadinya milliaris dengan
menghindari pakaian yang menyerap keringat seperti kain katun hal ini tidak
sesuai dengan teori pencegahan terjadinya milliaris
yaitu bayi dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan
tidak terlalu sempit (Sitiativa, 2012 hal 320). Sedangkan pada kuesioner no 15
sebanyak (60,9%) ibu tidak mengetahui bahwa bayi yang terkena milliaris dibagian kepala jika dibiarkan
saja tanpa diobati maka dapat menyebabkan infeksi yang serius hal ini sesuai
dengan teori yaitu Multiple sweat gland
abses, yakni infeksi dibagian kepala anak karena milliaris yang dibiarkan.
Dilihat dari jawaban ibu yang masih banyak menjawab salah hal ini bisa disebabkan pendidikan responden yang rendah yaitu mayoritas berpendidikan Dasar
sebanyak 28 responden (60,8%) sehingga ibu
masih kurang menerima informasi dari pada yang berpendidikan tinggi karena
semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima informasi, sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. Hal
ini juga bisa dilihat dari pengalaman ibu primipara yang masih sedikit karena
baru mempunyai anak pertama sehingga ibu primipara lebih kurang informasi
mengenai penyakit milliaris.
b.
Perilaku
Berdasarkan
tabel 4.7 Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden berperilaku
melakukan pencegahan buruk sebanyak 26 responden (56,5%)
dan responden yang berperilaku melakukan pencegahan baik sebanyak 20
responden (43,5%).
Hasil
penelitian yang diperoleh dari perilaku pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun
mayoritas dalam kategori buruk yaitu sebesar 26 responden (56,5%) hal ini berdasarkan
tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu primipara berperilaku buruk
dalam melakukan pencegahan penyakit milliaris
hal ini bisa dilihat dari pertanyaan no 2 sebanyak (67,4%)
ibu tidak memandikan bayinya dengan menggunakan sabun antiseptik seperti dettol
sedangkan Menurut teori gunakan sabun
kesehatan yang aman untuk bayi, gosok kulitnya secara merata setiap kali mandi,
pastikan tubuhnya dalam keadaan kering ketika berpakaian kembali (Maharani,
2015 hal 115). pertanyaan no 3 sebanyak
(60,9%) ibu memberikan talk setelah bayi mandi pada seluruh tubuh bayi terutama
semua lipatan kulit seperti belakang telinga, ketiak dan lipatan paha hal ini
tidak sesuai dengan teori yang mana menurut teori bila bayi membasah jangan
berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kalenjer
(Sitiativa 2012 hal 320). Pada pertanyaan no 12 sebanyak (65,2%) ibu tidak
menempatkan bayinya diruangan yang sejuk dan kering seperti ada kipas angin
namun menurut teori prinsip asuhanya
adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan pasien ke ruangan dengan
alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa sejuk dengan kering,
menggunakan kipas angin atau air conditioning.
Selain itu, juga memberikan kesempatan bagi hilangnya sumbatan pori-pori
yang sudah timbul dengan sendirinya (Menurut Sitiativa 2012 hal 321-322). Selanjutnya pada pertanyaan no 13 sebanyak 31 orang (67,4%)
ibu tidak membuka pintu ruangan saat bayi tidur siang sehingga ruangan terasa
pengap dan sirkulasi udara yang masuk kedalam ruangan kurang sedangkan menurut
teori ventilasi ruangan yang kurang baik
sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab dapat menyebabkan milliaris. Untuk
mencegah terjadinya milliaris Bila
berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah,
kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat
diberikan bedak tabur, jangan sekali-sekali memberikan bedak tanpa membasuh
keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga
mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri, dan sebaiknya
ibu memandikan bayi menggunakan dettol karena sabun tersebut dapat
menghindarkan bayi dari bakteri yang masuk ke dalam pori-pori kulit. Dan untuk ibu primipara yang mempunyai
pengetahuan baik lebih Sedikit yaitu sebesar 20 orang (43,5%) hal ini terkait
dengan jawaban ibu yang menjawab ya. Pada pernyataan ibu memandikan bayi 2x
sehari, ibu segera mengganti pakaian bayi yang basah dan kotor dan ibu tidak
langsung memberikan talk setiap kali bayi habis BAK/BAB pada pantat bayi, hal
ini merupakan perilaku pencegahan penyakit milliaris
pada bayi.
3.
Analisa Bivariat
Berdasarkan
tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang
mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%),
sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku buruk sejumlah
4 orang (25,0%), sedangkan ibu prirmipara
dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik sebanyak 12 orang (75,0%),
dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku baik
sebanyak 8 orang (47,1%). Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase
pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak
dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai
perilaku buruk.
Hasil penelitian
berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh
p-value Chi-Square sebesar 0,002. Oleh karena itu p-value=0,002 < nilai p tabel = 0,05 maka Ho ditolak, ini
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu primipara
dengan perilaku pencegahan penyakit milliaris
pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang
dengan hasil penelitian pengetahuan ibu primipara dengan
pengetahuan kurang yang mempunyai perilaku buruk sejumlah 22 orang (73,3%), sedangkan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang
mempunyai perilaku buruk sejumlah 4 orang (25,0%),
sedangkan ibu prirmipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai perilaku baik
sebanyak 12 orang (75,0%), dan ibu primipara dengan pengetahuan kurang
yang mempunyai perilaku baik sebanyak 8 orang (47,1%). Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan presentase
pengetahuan ibu primipara kurang yang mempunyai perilaku buruk lebih banyak
dibandingkan dengan ibu primipara dengan pengetahuan baik yang mempunyai
perilaku buruk.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu primipara dengan perilaku
pencegahan penyakit milliaris pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Ny Suciati Desa
Bringin Kabupaten Semarang maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
ibu tentang penyakit Milliaris sebagian
besar adalah dalam kategori kurang yaitu sebanyak 30 responden (65,2%) dan
pengetahuan ibu primipara tentang penyakit Milliaris baik sebanyak 16 (34,8%).
2.
Perilaku
pencegahan penyakit Milliaris sebagian
besar adalah berperilaku dalam pencegahan penyakit Milliaris kategori buruk yaitu sebanyak 26 responden (56,5%) dan
berperilaku dalam pencegahan penyakit Milliaris
kategori baik sebanyak 20 (43,5%).
3.
Hasil
penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu primipara
dengan perilaku pencegahan penyakit Milliaris
pada bayi usia 0-1 tahun di Bpm Ny Suciati Desa Bringin Kabupaten Semarang
dengan p-value 0,002 < α (0,05).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar